INFORMASI/ARTIKEL


Dubes Selandia Baru Ceritakan Kisah Sukses Negaranya Bangkit Pascagempa 2011

“Tidak cukup hanya dengan tim siaga bencana dan tim penyelamat bencana, tapi bagaiamana pemerintah memerhatikan kesejahteraan korban hinga beberapa bulan setelah bencana terjadi”, ungkap Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia H.E. Roy Ferguson dalam diskusi panel berjudul “Ekonomi Kreatif dan Akselerasi Menuju Ketangguhan Ekonomi Daerah”.
Diskusi tersebut masuk ke dalam bagian Padang Economic Forum (PEC) 2019 yang berlangsung Kamis (14/03) siang di Hotel Grand Inna Padang.
Dubes Roy menyatakan, Selandia Baru memiliki kerawanan bencana gempa bumi, sama seperti Kota Padang. Pada tahun 2011 lalu, Selandia Baru dilanda gempa bumi bermagnitudo 6,5. 75% infrastruktur hancur. Sejak saat itu, Selandia Baru membangun kota dengan mempertimbangkan aspek kebencanaan.
Selain itu, Dubes Roy berkisah, menjadi negara rawan bencana, tidak hanya mementingkan aspek teknis, seperti bagaimana membangun infrastruktur rawan gempa, tapi juga melibatkan komunikasi dengan masyarakat. Hal ini tergambar dari diterapkannya earthquake funds yang dipotong dari dana asuransi masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat menyetujui tiap asuransi yang mereka setorkan akan dipotong untuk dana bencana gempa.
Daerah yang termasuk ke ring of fire alias daerah rawan gempa, menurut Roy, juga hraus memerhatikan beberapa kebutuhan vital saat bencana sehingga mampu mewujudkan quick recovery alias penanganan cepat pascabencana. Fasilitas vital tersebut di antaranya air bersih, listrik, dan akses transportasi ke pusat kota.
Saat ini, Selandia Baru sudah melakukan kerja sama dengan Kota Padang dalam bentuk supervisi Disaster Risk Reduction (DDR) Action Plan.