INFORMASI/ARTIKEL


Dato’ Alex Ong: Kalau Bawa Calon Investor, Pastikan Siap dengan Bahasa

Ketua Pengarah Malindo Business and Cultural Center (MBCC) Dato’ Alex Ong menjadi salah satu pembicara dalam panel berjudul “Pengembangan Sektor Wisata, Perdagangan serta Industri, dan Kontribusinya untuk Kemandirian Ekonomi”. Panel ini adalah bagian dari Padang Economic Conference (PEC) 2019.
Dato’ Alex sudah tidak asing lagi dengan Kota Padang. Dirinya merupakan keturunan Minangkabau dan secara aktif berkontribusi mengundang investor dari negara – negara tetangga untuk menjalankan usaha di Kota Padang.
Berdasarkan pengalamannya mendatangkan investor, Dato’ Alex mengakui, kendala nomor satu dalam hal investasi adalah komunikasi antara pemerintah daerah dengan investor.
“Saya punya nasihat, kalau pemerintah mengundang calon investor dan membawanya ke Kota Padang, pastikan seluruh pihak yang akan berurusan sudah siap dengan bahasa. Yakinkan investor, tidak satu hari, tapi berhari – hari. Jadi, jangan lupa follow up (menindaklanjuti)”, ujar Dato’ Alex.
Dato’ Alex juga mengingatkan, jika pemerintah ingin optimalkan devisa luar negeri, maka sektor pariwisata harus diperhatikan. “Mindset warga yang harus dibentuk agar welcome terhadap investor luar. Mereka tak hanya membawa investasi tapi juga akan berlaku sebagai wisatawan yang secara langsung berkontribusi meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)”, pungkas Dato’ Alex.
Masih dalam panel yang sama, Asdep Industri dan Regulasi, Kementerian Pariwisata RI Kureni Ukar menegaskan, jika ingin mencari investor, khususnya di sektor pariwisata, pemerintah kota harus memiliki fokus dan komitmen.
“Danau Toba maju karena ada komitmen pemerintah daerah, Banyuwangi juga seperti itu. Jadi, daerah harus komitmen mengembangkan pariwisatanya”, ujar Kureni.
Ada dua hal yang direkomendasikan untuk Pemerintah Kota Padang untuk meningkatkan sektor pariwisata, yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui diklat dan pengembangan, dan menetapkan kualitas industri berdasarkan standard usaha.
“Sumatera Barat termasuk lima provinsi dengan jumlah perdagangan yang cukup tinggi, terutama untuk makanan dan minuman. Padahal, pola spending terbesar wisatawan mancanegara adalah akomodasi, baru kemudian makanan. Usaha di Sumatera Barat pun harus menyesuaikan. Kalau targetnya wisatawan nusantara, maka prioritas utama adalah industri makanan – minuman, suvenir, dan seterusnya”, ungkap Kurleni.
Sementara itu, dari segi fasilitas penginapan bagi wisatawan, Sumatera Barat sudah memiliki 103 hotel. “Jumlah kamar di Sumatera Barat saat ini hampir 4.500 unit dan akan terus bertambah. Tenaga kerja yang diserap ke sektor ini sudah mencapai hampir 1 persen dari jumlah penduduk”, terang Maulana Yusran, Ketua Umum PHRI Sumatera Barat.
Pemko Padang juga mendapat masukan berharga dari panel kedua di PEC 2019 ini. Kasubdit Promosi Infrastruktur BPKM Agus Prayitno memberikan setidaknya lima rekomendasi untuk menarik investor ke Kota Padang.
“Pertama, menyambut Jalan Tol Aceh – Lampung. Kota Padang bisa jadi hub. Bisa jadi sentra logistik ataupun sentra pariwisata. Kedua, Padang sebaiknya punya positioning untuk jadi pusat perawatan dan memiliki RS internasional. Ketiga, menyiapkan logistik untuk menunjang e-commerce, mendorong wisata halal, dan mengadakan vocational training untuk mengisi kebutuhan se-Sumatera”, urai Agus.
Terakhir, Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Sumatera Barat Rahim Mardanis, ikut memberikan sumbangan gagasan terkait wisata halal.
“Pemerintah dapat melengkapi regulasi soal wisata halal, menambah kalender tahunan khusus wisata halal, dan melakukan pengawasan terhadap kuliner dan oleh – oleh yang bersertifikasi halal”, tutup Rahim Mardanis.